Jangan kaget bila Anda sedang ke Cancar, Flores menemukan sawah  berbentuk seperti jaring laba-laba. Ini bukan crop circle, tetapi sawah  yang memang sengaja dibentuk seperti jaring laba-laba.
       Sawah berbentuk jaring laba-laba ini bisa Anda liat di daerah Cancar,  Kabupaten Manggarai, NTT. Sawah ini bukan sengaja dibentuk seperti  jaring laba-laba agar terlihat lucu, tetapi ini adalah sistem pembagian  sawah yang dilakukan oleh ketua adat setempat.
       Masyarakat Manggarai telah mengenal tradisi pembagian sawah sejak dulu  dan telah dilakukan turun temurun. Sawah yang terbagi ini disebut dengan  lingko. Lingko adalah tanah adat yang dimiliki secara bersama oleh  penduduk, dan dikelola bersama untuk memenuhi kebutuhan hidup.
       Seperti manusia, lingko memiliki nama tersendiri. Nama lingko tergantung  dari jenis tumbuhan di kawasan tersebut saat dibukanya lahan. Selain  itu, nama lingko juga bisa didapat dari bentuk geografis lahan. Salah  satu contohnya adalah nama belang rambang karena di lingko tersebut  asalnya ditemukan banyak tanaman belang, tumbuhan sejenis buluh.
       Lingko tidak dimiliki perorangan, tetapi dimiliki oleh setiap suku yang  ada di wilayah tersebut. Setiap suku memiliki tetua yang bertugas untuk  membagi besarnya lingko. Sistem pembagian lingko disebut lodok.
       Pembagian tanah dilakukan dengan menentukan titik pusat hamparan tanah  adat. Kemudian, pada titik pusat ditanam kayu khusus. Besar kecilnya  tanah ditentukan dari kedudukan seseorang dalam kampung dan jumlah  keluarga. Semakin tinggi kedudukannya, semakin besar pula tanah yang di  dapat. Tanpa disadari, pembagian ini ternyata membentuk sawah seperti  jaring laba-laba.
       Jika dilihat dari dekat, hamparan sawah ini tampak biasa seperti sawah  pada umumnya. Cobalah untuk berjalan ke dataran tinggi dan tengok ke  arah sawah. Anda pun akan terpesona dengan sawah yang mirip dengan  jaring laba-laba.
       Untuk mencapai Cancar dan melihat sendiri keunikan sawahnya, Anda bisa  memulai perjalanan dari Kota Ruteng hingga Pasar Cancar menggunakan  ojek. Tarif yang harus dibayar adalah Rp 40.000. Cukup mahal memang,  tetapi ini sebanding dengan lama waktu tempuh, yaitu 45 menit.
       Dari Pasar Cancar, Anda akan menemukan jalan kecil menuju Desa Cancar.  Sekitar 3 km ke depan, pengunjung akan bertemu dengan tanjakan cukup  yang cukup terjal. Di sini, motor sudah tidak bisa masuk, seseorang asal  desa di Cancar akan menyambut dan mempersilahkan pengunjung mengisi  buku tamu. Setelah mengisi tamu, Anda pun bisa masuk ke desa dan  menikmati keindahan alamnya, serta terpesona dengan keunikan sawah itu.       "Pengunjung Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar" 
Sumber : UnikAneh.com 


Tidak ada komentar:
Posting Komentar